Sabtu, Maret 08, 2008

Al-Quds......Al-Quds

Hafidz al-Barghutsi

Harian al-Bayan al-Imaratiyah 31/8/2005
Saya pernah mengunjungi kantor Perdana Menteri Palestina Ahmad Qurei setelah beliau kembali dari Damasyqus. Dia itu orangnya tenang di sampingnya ada menteri negara urusan al-Quds Hindun Khauri dan DR. Na’im Abu al-Hamsh, menteri pendidikan Palestina.
Pembicaraan mengenai masalah masa depan al-Quds dan keputusan-keputusan Israel tentang perluasan permukiman di Maaleh Adumim. Dimana permukiman itu direncanakan akan membentang sampai ke laut mati dan meliputi beberapa permukiman dan perkampungan Yahudi yang terletak di al-Quds timur. Hal ini mereka lakukan untuk merubah bentuk letak geografis Israel. Dengan demikian luas tanah yang diserobot oleh Israel mencapai 67 Km2, sebanding dengan luas tanah di Jalur Gaza yang dtinggalkan Israel.
Dengan rencana ini, Israel mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam rangka membangun permukiman Israel di wilayah caplokan. Pemerintah Israel telah mengalokasikan dana yang besar disamping telah mengusir 300 kepala keluarga Palestina dari wilayah Jeftalak Tepi Barat. Ironisnya justru pada saat semua media menyoroti penarikan Israel dari Jalur Gaza.
Sebelumnya AbuAla mengkhawatirkan dan psimis tentang masa depan Palestina, karena ia mendengar pernyataan presiden Amerika George W. Bush yang menyeru untuk mendirikan pemerintahan baru di Gaza untuk membantu rakyat Gaza. Inilah yang mempengaruhi letak perbatasan dari ketakutan abu Ala dalam masalah Gaza dari awal hingga akhirnya.
AbuAla pernah mengatakan kepadaku sambil ketawa, kami pernah menugaskan Sayid Hind untuk menangani masalah al-Quds dan ternyata sebagian besar al-Quds telah hilang. Kami pernah menugasi Ahmad Majdulawai mengurusi masalah tembok rasila, ternyata tiap kali pertemuan kabinet yang didengar adalah keberhasilan Israel yang telah membangun tembok rasial berpuluh-puluh kilometer. Kami juga pernah menunjuk DR. Naim sebagai menteri pendidikan, setelelah sekian lama, ternyata sebagian besar sekolah-sekolah kita sudah berada di wilayah Israel terhalang tembok pemisah.
Para pejabat Palestina tidak bisa menyembunyikan kepsimisan mereka akan situasi ini, ditengah gempuran permukiman Israel yang semakin menggila memenuhi Tepi Barat. Pada saat yang sama penduduk al-Quds terpecah-pecah, sebagian mereka terkurung di dalam tembok pemisah. Grand Dsign Israel adalah bagaimana meningkatkan jumlah warga yahudi yang berada di al-Quds sampai satu juta orang, pada tahun 2010. Disamping memperluas wilayah pencaplokan yang mencapai 2400 km 2, setengah dari luas keseluruhan Tepi Barat.
Semuan rencana ini tertuang pada proyek Sharon yaitu pemisahan pemukiman rakyat Palestina antara satu dengan yang lainnya, di beberapa kota atau daerah.
Rencana proyek tersebut terpampang sangat jelas tetapi anehnya tidak termasuk dalam pembicaraan peta jalan damai. Bahkan kelihatannya semakin jauh. Lalu Israel mensyaratkan peta jalan damai dengan pelucutan senjata kelompok-kelompok perlawanan Palestina. Permintaan inipun diulang-ulang oleh para pejabat Amerika sebagai prasyarat menuju peta jalan damai.
Permintaan ini ditentang oleh garakan Hamas dan faksi-aksi lainnya, selama proyek pembebasan belum sempurna dan selama Israel ingin menjadi penguasa tunggal di Tepi Barat. Faksi-faksi perlawanan menolak dengan tegas permintaan Israel untuk melucuti senjata kelompok perlawanan selama Israel meneruskan pendudukannya di wilayah Palestina dan selama peta jalan damai disyaratkan dengan menghentikan perlawanan.
Masa depan Palestina tampak semakin mengkhawatirkan, terutama di al-Quds yang semakin kental nuansa yahudinya, sebagai akibat dari proyek yahudisasi Israel. penduduk Palestina di sana hidup terpecah dan terpencar-pencar. Perkampungan Arab terbelah tembok pemisah, terpisah dari sudaranya, pemilik tanah hidup terpisah dengan tanah miliknnya.
Sementara itu proyek yahudisasi semakin rakus ingin menguasai al-Haram al-Quds terbukti dengan permintaan proposal Israel yang meminta pembangunan Sinagog yahudi di dekat Kubbah al-Skhra.
Ketika menteri Hindi Khuri menayakan kepada saya tentang apa yang bisa diperbuat terhadap al-Quds ini, saya menjawabnya dengan membuat tulisan yang dimuat di harian al-Bayan tentang pentingnya membebaskan kebudayaan al-Quds. Yaitu dengan menghidupkan kembali kota al-Quds dari segi wawasan, agama dan budaya di dalam benak bengsa Arab dengan membuat video yang disebarkan melalui salah satu jaringan televisi. Di sana juga ada dompet sosial untuk al-Quds yang belum kedengar aktivitasnya. Yang paling penting adalah dengan mengkatifkan diplomasi Palestina untuk menghidupkan kembali dompet sosial dalam rangka mendukung pembangunan al-Quds dan lembaganya dan dikelola oleh orang-orang yang amanah, dimana tangan kanan mengetahui apa yang diperbuat tangan kirinya.

Pimred al-Hayah al-Jadidah Palestina

Tidak ada komentar:

 

blogger templates | Make Money Online